Genre
: Comedy, Romance
Rating
: T
Cast
:
-
Kwon
Ji Yong
-
Song
Hyen Soo
-
Lee
Ha Yi
“Yeoboseyo[1]?”
Ji
Yong segera mengeluarkan suara emasnya untuk membuka percakapan. Suara yang
sebenarnya lebih fals dari suara kentutnya.
“Ngapain kamu telpon – telpon aku lagi? Kamu itu udah
nyakitin aku tahu nggak!”
Ha Yi marah – marah dan meluapkan segala hal yang selama
ini menganggu hatinya. Ji Yong telah menduakannya dengan Hyen Soo. Hatinya sangat
sakit sekali. Bahkan lebih sakit dari di hujam seribu tombak, lalu di siram
dengan solar dan akhirnya di bakar hidup – hidup.
“Please, Give me
one minute!”
Ji Yong mengucapkannya dengan ekspresi yang di lebih –
lebihkan. Bibirnya sedikit ia kerucutkan ke depan. Rambutnya ia rapikan.
Poninya ia sama ratakan dan tak lupa bajunya ia benrakan. Ia menelepon Ha Yi
sambil berkaca dan bergaya ala Brad Pitt yang lagi jadi model iklan. Namun
sayang, Ha Yi tak dapat melihat ekspresi wajahnya yang menurutnya lebih tampan
dari Brad Pitt, lebih unyu dari Justin Bieber dan lebih berkelas dari PSY.
“Kamu mau ngomong apa lagi, sih?”
“Aku…Cuma…”
“Cuma apa? Udah jelas – jelas kamu itu selingkuh sama
temen deket aku. Sakit tahu nggak sih loe? Menusuk!”
Ha Yi langsung memutar lagu di laptopnya dan
menyambungkannya di sound yang berada
di pojok kamarnya. Ia menyalakan lagu Lies
Big Bang dan memutar volumenya pada tingkatan yang paling ekstrem.
Yeah (Cinta adalah kesakitan)
Dipersembahkan tuk semua orang yang membuatku patah hati.
Yang lama berkobar, hanya meneriakan namaku
Dan aku begitu muak akan lagu cinta.
Yeah, Ku benci lagu cinta sialan. Kenangan kita…
Kebohongan
Dipersembahkan tuk semua orang yang membuatku patah hati.
Yang lama berkobar, hanya meneriakan namaku
Dan aku begitu muak akan lagu cinta.
Yeah, Ku benci lagu cinta sialan. Kenangan kita…
Kebohongan
Big
Bang Lies
“Aku cuma mau bilang….”
“Mau bilang apa sih?”
“Aku cuma mau bilang kalau aku bisa dapet nelpon gratis
satu jam setelah nelpon satu menit. Dan sekarang sudah lebih dari semenit!”
Seketika lagu 2ne1, I
don’t care langsung terdengar di telinga Ha Yi. Lagu itu di putar oleh Ji
Yong dengan keras, membalas apa yang di lakukan Ha Yi tadi.
“Sudah dulu ya, aku mau telpon Hyen Soo dulu. Nanti malem
aku mau ke Myeongdong sama dia soalnya. Bye
Bye! Saranghae[4]!”
Deg..
Jantung Ha Yi terasa berdetak lebih kencang ketika
mendengar Ji Yong mengatakan ‘saranghae’.
Ia seolah ingin berteriak dan menyuarakan kepada dunia jika saat ini ia sedang
sangat bahagia. Rasanya seperti ngebelah atmosfer berlapis-lapis, meluncur
bareng namja[5]
manis, dan dapet wisata gratisan ke Paris.
Namun
hal tersebut tak berlangsung lama. Ketika ingatan akan dirinya yang di khianati
oleh Ji Yong kembali muncul di benaknya. Wajah bahagianya langsung menghilang
di telan dinginnya salju di luar.
“Kita
dulu itu ibarat awan mendung yang membawa titik-titik hujan.
Aku adalah awannya.
Yang menyediakan tempat berlindung
untukmu sebagai air hujan. Sekalipun terkadang rasanya berat dan sesak
membawamu pergi kemana - mana, tetapi aku tak pernah mengeluh. Aku senang bisa
selalu mendekapmu dan dibuat seolah akan hidup selamanya denganmu.”
“Dan engkau adalah hujan. Yang muncul
dari daerah antah berantah, membawa banyak harapan palsu yang bodohnya selalu
ingin ku dapatkan dan ku genggam dengan erat. Kamu terasa dingin sekaligus hangat.
Keras namun juga lembut. Sayangnya kamu tak pernah bisa digenggam, selalu berdalih
ingin mencari kebebasan.”
“Dan
saat sang waktu bertiup membawa ke manapun kita mau, kamu tiba-tiba pergi.
Jatuh dengan bebas ke bumi. Tanpa menoleh untuk sekedar melihatku dan sepatah
kata perpisahan. Hampa sudah aku rasanya, tak ada lagi engkau yang bisa selalu
ke dekap dan ku bawa bersama diriku.”
“Aku
sendirian... Namun begitu waktu kembali meniupku, aku sadar... aku menjadi awan
yang putih dan ringan. Yang bahagia di antara sinar mentari. Namun bayangan
tentangmu masih teringat jelas di memori otakku. Aku… yang telah membiarkanmu
jatuh entah ke mana di pelukan bumi, merelakanmu memberikan harapan baru pada
orang lain.”
*****
Hari ini Ji Yong mengajak Hyen Soo untuk untuk pergi ke Hello Kitty Café di daerah Sichon yang
letaknya tak jauh dari kampus Yonsei.
Awal mereka masuk ke dalam, mereka di sambut dengan
segala pernak – pernik yang berbau Hello Kitty yang berada di depan pintu masuk
yang terbuat dari kayu. Begitu masuk ke dalam, boneka-boneka kucing ini sangat
mendominasi pengaturan ruangan. Hello Kitty adalah tokoh kartun kesayangan Ji
Yong, oleh karena itu ia sangat senang jika makan di tempat tersebut
Ji
Yong mengajak Hyen Soo untuk duduk di salah satu tempat duduk yang berada di
pojok ruangan di dekat jendela.
Ji
Yong menarik kursi untuk Hyen Soo seraya menyunggingkan senyum yang sangat
manis kepadanya. “Gomawo[6],”
ungkap Hyen Soo seraya tersenyum. Deretan giginya yang berjajar rapi terlihat
manis.
“Kamu
mau pesan apa?” tanya Hyen Soo begitu daftar menu tiba di mejanya dan Ji Yong.
“Kue,
sandwich, kopi, tiramisu sama yoghurt.”
Mata
Hyen Soo membulat lebar. “Mwo? [7]Yakin
tuh?”
Ji
Yong mengangguk dengan penuh semangat. Giginya yang berjajar tidak rapi, karena
ada satu siung di jajaran gigi serinya terlihat.
“Aku
Mocha sama sandwich aja deh,” pinta Hyen Soo pada pramuniaga kedai.
““Eh nama panjang kamu itu Choi Hyen Soo bukan sih?”
“Ne[8], emang kenapa?”
“Tapi kok, setiap aku search di google yang keluar pasti ‘maaf, mungkin
maksud anda Bidadari’”
“Ne[8], emang kenapa?”
“Tapi kok, setiap aku search di google yang keluar pasti ‘maaf, mungkin
maksud anda Bidadari’”
Hyen Soo menyeringai, pipinya menyemu merah
bak kepiting rebus.
“Ah, kamu bisa aja, oppa!” ungkap Hyen Soo menyenggol lengan Ji Yong.
“Kamu tahu gak kenapa bidadari itu punya
sayap?”
“Nggak tahu, emangnya kenapa?”
“Nggak tahu, emangnya kenapa?”
“Soalnya kalo bidadari gak punya sayap,
pasti bakal susah banget
ngebedainnya sama kamu.”
ngebedainnya sama kamu.”
“Ah, oppa
jangan gombal mulu deh! Aku kan jadi malu!”
Brak..
Hyen Soo mendorong tubuh Ji Yong dengan
tenaga kudanya hingga ia terjungkal dan jatuh mencium lantai.
“Maaf
ya, oppa!” Hyen Soo tertunduk lesu.
Wajahnya di tekuk masam. Ia tak berani menatap wajah Ji Yong. “Mangkanya jangan
gombal mulu!” tambahnya sedikit kesal, namun masih di selimuti rasa bersalah
“Iya
– iya. I’m fine, udah mukanya jangan
di tekuk gitu ah. Tambah jelek entar!”
“Ya
udah kalau emang jelek aku pergi aja.” Hyen Soo mengambil tasnya dan bangkit
dari tempat duduk.
Ji
Yong memegang pergelangan tangannya. Hyen Soo menoleh padanya dan menatap
matanya dalam.
“Kalau
kamu pergi, siapa yang bayar makanannya?”
Hyen
Soo memicingkan matanya, “Oppa bercanda
kan?”
Ji
Yong menggelengkan kepalanya, “Aku serius!”
“Oppa!” teriak Hyen Soo kesal dan membuat
semua mata tertuju padanya.
“Bantuin aku ngitung jumlah salju yang
lagi turun di luar yuk!” Mata Ji Yong berbinar – binar.
Dahi Hyen Soo berkerut. Ia memicingkan
matanya dan mengamati mata Ji Yong dengan seksama. “Idih kerajinan, buat apa?
Aku gak bisa, banyak banget!” Hyen Soo melipat kedua tangannya di depan dada.
“Nah, sebanyak itulah cintaku ke kamu.”
Mata Ji Yong menatap wajah Hyen Soo dengan intens. Hyen Soo tak berkutik
mendapati dirinya di amati Ji Yong sampai sebegitunya. Ia hanya tersenyum malu
tanpa melakukan apapun. Takut kalau nanti melakukan hal yang berlebihan lagi
dan membuat Ji Yong jadi korbannya.
“I’m
fine. Don’t worry okay?”
Hyen Soo mengangguk dan tersenyum.
******
Setelah selesai menikamti makanan
di Hello Kitty Cafe. Ji Yong mengajak
Hyen Soo ke Myeongdong naik subway station Line 4[10].
Selama di perjalanan, Ji Yong mengenggam tangan Hyen Soo erat dan enggan untuk
melepaskannya. Setelah sampai di Myeongdong Stasiun, Ji Yong menggandeng tangan
Hyen Soo untuk keluar lewat exit
nomor enam.
Mata Ji Yong berbinar begitu
melihat keripik kentang yang di tusuk dengan irisan spiral terlihat di depan
matanya. Ia menarik tangan Hyen Soo menuju kedai tersebut dan menyerobot orang
– orang yang sudah datang duluan. Dari belakang Ji Yong dapat melihat kripik
spiral yang baru diangkat dari penggorengan itu diolesi keju manis. Tanpa terasa setetes air sebening
kaca jatuh dari mulutnya.
“Jinja massigetta[11].” Tetesan air itu kembali meluncur dari mulutnya. Hyen Soo yang
berdiri di belakangnya hanya mampu geleng – geleng kepala melihatnya.
“It’s show time!” teriak Ji Yong.
Mata Hyen Soo
terbelalak lebar melihat Ji Yong yang langsung menyambar semua keripik kentang
yang baru saja selesai di olesi dengan keju tanpa rasa bersalah. Ia sampai
menjilati sisa – sisa keju yang ada di tangannya. Setelah puas makan keripik
kentang, Ji Yong menarik tangan Hyen Soo menuju ke kedai sebelah dan memakan
beberapa kimbab[12].
Kedai sasaran Ji
Yong selanjutnya adalah tteokbokki[13]. Ji Yong melahap beberapa tteokbokki yang berada di
depan matanya dengan lahap. Sampai sausnya tumpeh – tumpeh.
“Ji Yong?”
panggil Hyen Soo.
“Hmm?” Ji Yong
menghentikkan aktivitas makannya dan menoleh pada Hyen Soo yang tiba – tiba
memanggilnya.
Hyen Soo
mengusap saus yang belepotan di sekitar mulut Ji Yong dengan lembut. Ji Yong
hanya mampu tertawa polos seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru.
“Rrrgg..” Suara
sendawa Ji Yong terdengar dengan sangat keras.
Hyen Soo meneguk
ludahnya dalam. “Udah puas makannya?”
Ji Yong
mengangguk dengan semangat.
“Sekarang kita
beli baju, yuk?
“Hah? Tunggu
dulu!”
“Apa lagi?”
“Masih ada yang
kurang!”
Dahi Hyen Soo
berkerut mendengar kata ‘masih ada yang kurang’ keluar dari mulut Ji Yong. Ia
meneguk ludahnya dalam dan membuka
dompetnya, menghitung total isinya dengan hati – hati.
“Tenang aja,
kali ini aku yang bayar!”
“Yakin?”
Ji Yong hanya
menjawabnya dengan anggukan kepala dan kembali mengajak Hyen Soo untuk
berwisata kuliner.
“Penutup yang
sempurna!” pekik Ji Yong begitu melihat sebuah kedai yang menjual odeng dan kebetulan sedang sepi.
“Ah,
odeng ahjumma[14] emang paling the best!” Ji Yong memperlihatkan jempol
tangannya kepada ahjumma penjual odeng seraya tersenyum.
“Kamu
mau coba juga?” Ji Yong menyodorkan beberapa tusuk odeng kepada Hyen Soo. Namun, Hyen Soo menggeleng dan tersenyum kepadanya.
“Ini
enak lo!” tawarnya lagi.
“No, thank’s.”
“Ya
sudah kalau tidak mau!”
Ji
Yong kembali ke aktivitasnya untuk melahap tusuk demi tusuk odeng. Tanpa terasa ini sudah tusuk ke lima belas yang ia makan.
“Oppa, aku tidak punya cukup uang untuk membayar semua tusuk odeng yang
telah kau makan!” Mata Hyen Soo terbelalak lebar tak percaya melihat Ji Yong
yang menghabiskan banyak tusuk odeng.
“Aku
sudah bilang padamu bukan kalau aku yang akan membayarnya? Jadi kau tenang
saja!” jelas Ji Yong enteng.
Hyen
Soo mulai bosan dan ingin meninggalkan Ji Yong. Baru beberapa langkah ia
berjalan, tiba – tiba nampak bayangan Ha Yi yang berjalan ke arahnya dari
kejauhan. Hyen Soo langsung kembali pada Ji Yong dan menepuk bahunya dengan
keras berulang kali.
Ji
Yong yang kaget karena tiba – tiba bahunya di tepuk oleh Hyen Soo menjadi tersedak.
Dia batuk – batuk sampai membuat ahjumma penjual odeng ikut khawatir.
Hyen
Soo memiringkan wajahnya untuk melihat Ji Yong. “Mianhae, oppa. Aku terlalu terkejut melihat…”
“Melihat
apa?” tanya Ji Yong setelah berhasil memeperoleh minum dan menyembuhkan rasa
tersedaknya.
“Hhha
Yii!”
“Mwo? Ha Yi? Dimana – dimana? Ji Yong mengedarkan matanya ke sekitar,
mencari keberadaan Ha Yi.
“Disana!”
Hyen Soo menunjuk ke arah datangnya Ha Yi. Ji Yong menoleh ke arah tangan Hyen
Soo menunjuk. Walaupun masih cukup jauh, namun Ji Yong dapat melihat bahwa itu memang benar –
benar Ha Yi.
“Mau
apa dia?” tanya Ji Yong bingung. Bibirnya bergetar. Tangannya membuka dan
menutup secara bergantian. Keringat basah jatuh mengucur melewati dahinya.
“Ya,
mana aku tahu! Mungkin saja dia mau marah – marah pada oppa!”
“Padaku?
Kenapa harus aku?”
“Oppa kan pacar yang telah mengkhianatinya.”
“Dan
kau sahabat yang bermuka dua!”
Hyen
Soo berdecak pinggang, “Mwo?” Matanya menatap
tajam ke arah Ji Yong. Tubuh Ji Yong semakin bergetar hebat.
“Annyeong,” jawab Ji Yong dan Hyen Soo hampir bersamaan.
“Kamu
kenapa, oppa? Kok keringetan gitu? Bukankah suhu udara di sekitar sini minus dua
derajat celcius? Aku aja kedinginan, masak oppa malah kepanasan, sih?”
“Aku
bbbaaik – bbaik aja kok, Yi!” jawab Ji Yong terbata.
“Oh
ya, aku kesini cuma mau salaman sama Hyen Soo!” Ha Yi mengulurkan tangannya di
depan Hyen Soo.
Dahi
Hyen Soo berkerut, salah satu alisnya terangkat.
“Selamat
atas hari jadimu sama bekas pacarku, ya!” ucap Ha Yi seraya tersenyum.
“Itu
senyum ucapan selamat atau penghinaan ya?” tanya Hyen Soo sinis.
“Aku
udah relain Ji Yong oppa sama kamu kok. Aku tahu kalau
bumi ini terus berputar dan nggak selamanya Ji Yong oppa sama aku terus kecuali dia memang benar – benar jodohku. Tadi aku
melamun di dekat jendelaku dan menemukan sesuatu yang baru.”
Alis
Hyen Soo berkerut, “Sesuatu yang baru?”
“Iya, semacam semangat baru. Aku
melihat langit, aku iri dengan mereka. Aku ingin menjadi awan yang bisa terbang
bebas di angkasa tanpa merasakan apa itu rasa cinta dan kecewa. Tapi aku
tersadar dari rasa itu, justru rasa itulah yang membuat hidup berwarna. Kehilangan
memberi arti memiliki, dan kecewa memberi arti rasa bahagia,” jelas Ha Yi.
“Aku nggak mau persahabatan kita jadi rusak cuma gara –
gara Ji Yong oppa, Hyun!” Setetes air
mata yang bening jatuh dari pelupuk mata Ha Yi.
“Terus kamu maunya gimana?” tanya Hyen Soo.
Ha Yi meraih tangan Hyen Soo yang bebas dan
mengenggamnya. “Aku mau kita tetep temenan sampai kapan pun dan nggak akan
berpisah kecuali ajal yang memisahkan kita.”
Hyen Soo terdiam sejenak, memikirkan apa yang di katakan
Ha Yi tadi. Beberapa detik kemudian senyum terukir dengan manis di sudut
bibirnya. “Aku minta maaf ya, Yi. Aku udah salah!” Hyen Soo mendekat ke arah Ha
Yi dan mendekapnya.
“Enggak Hyun, kamu nggak salah!”
“Ih, so sweet
banget sih! Aku boleh ikut pelukan nggak?” tanya Ji Yong yang sedari tadi hanya
bengong melihat percakapan Hyen Soo dan Ha Yi.
“Enggak!!” jawab Ha Yi dan Hyen Soo kompak.
Tiba – tiba datang seorang ahjumma membawa teflon dari belakang Ji Yong.
Plak..
Teflon itu sukses mendarat di kepala Ji Yong. Seketika si
empunya kepala jatuh dan tertidur di atas trotoar. Mulut Ha Yi dan Hyen Soo
menganga lebar melihat apa yang di lakukan ahjumma
tadi pada Ji Yong.
“Maafin anak ahjumma
yang masih SMP ini ya. Maklum, dia agak… ya kalian tahu sendirilah!”
“Mwo? SMP?” Hyen
Soo dan Ha Yi saling menatap satu sama lain.
“Iya, dia masih SMP. Cuma wajah sama badannya aja yang
kelihatan gede. Tapi pemikirannya
masih kekanak – kanakan dan nakal banget! Oh, ya uang yang dia habisin berapa?
Sini biar ahjumma ganti?” tanya ahjumma seraya melemparkan pandangan ke
arah Hyen Soo dan Ha Yi.
Seketika Hyen Soo dan Ha Yi mengikuti langkah Ji Yong
untuk jatuh dan tidur di atas trotoar.
-THE
END-
[1]
Hallo
[2]
Oh My God
[3]
Ikan yang di tusuk – tusuk, yang biasanya direbus dan cara memakannya dengan
menggunakan kaldu kuah panas.
[4]
I love you
[5]
Laki - laki
[6]
Terima kasih
[7]
Apa
[8]
Iya
[9]
Maaf
[10]
Line berwarna biru
[11]
Enak
[12]
Sushi ala Korea
[13]
kue beras yang diiris dan
direbus dalam sauce pedas, asam. Biasanya sausnya dari pasta cabai, tepung
cabai, dan sirup.
[14]
Bibi
[15]
Hai
0 komentar:
Posting Komentar