Sabtu, 07 Desember 2013

Kamu Berbeda

0




 “Kalo aku menang, kamu harus menerimanya ya?”
Sebuah senyum berkembang dengan elok di wajah Isa begitu mendengar apa yang dikatakan Nirvana. Seelok bunga mawar yang sedang mekar. Namun tak ada yang mau mendekatinya karena duri ditubuhnya. Seperti itu pula arti senyuman di wajah Isa saat ini. Indah tapi menyakitkan.
Tangannya tak berhenti mendrible bola dengan lincah. Dari kanan ke kiri dengan tempo waktu yang tepat. Sorot matanya yang tajam menusuk selaput pelangi Nirvana. Walaupun bertarung melawan kekasihnya sendiri, Isa sama sekali tak berminat untuk mengalah. Ia tak memberikan sedikit pun celah pada Nirvana untuk merebut bola darinya dengan mudah.
“Apa? PD sekali kau ini?” balas Isa santai. Pandangannya masih fokus pada Nirvana, mencari kesempatan saat dia lengah.
Nirvana berdecak kesal mendengar apa yang dikatakan Isa. Ia menautkan kedua alisnya dan meningkatkan konsentrasinya. Seuntai senyum yang tak asing bagi Nirvana mulai mekar di wajah Isa.
Deg…
Sebuah perasaan yang aneh tiba – tiba menyelinap ke dalam hati Nirvana ketika melihat Isa menaikkan salah satu sudut bibirnya. Dalam waktu sepersekian detik perasaan itu terbukti kebenarannya.
Mata Nirvana membulat lebar begitu Isa berhasil melewatinya. Desahan angin yang mengiringinya ketika ia melewati Nirvana terasa sangat cepat berlalu.
Suara decitan sepatunya yang menggesek lantai memekakan telinga. Suara bola yang berulang kali ia pantulkan juga tak kalah menyakitkannya. Panasnya aula hari itu semakin menjadi dengan apa yang baru saja dilakukan Isa. Bulir demi bulir keringat terjun bebas dari dahi Nirvana dan Isa. Deru nafas mereka tak beraturan. Tiba – tiba tubuh Nirvana terasa beku, mati rasa. Tak mampu untuk digerakkan sama sekali.
“Kau harus berlatih seribu tahun lagi untuk mengalahkanku!”
Dunk! Isa memasukkannya ke dalam ring dan ia menang. Secepat cahaya bergerak, bola kembali jatuh dan memantul ke luar lapangan. Kaki Isa sudah kembali menginjak lantai begitu ia menyelesaikan dunk-nya. Seperti biasa, ia tak pernah kalah dari Nirvana. Tidak ada kata mengalah dalam kamus basketnya. Bahkan dengan gadisnya sekali pun.
“Kau menipuku!”
Isa dan Nirvana berjalan beriringan di tengah kerumunan banyak orang. Seperti biasa, Isa selalu menggunakan headset di telinga kanannya. Menurutnya, jika ia terus mendengarkan musik, maka otak kanannya bisa lebih berkembang. Kenapa? Karena otak kanan cenderung dengan hal – hal yang berbau seni dan musik adalah salah satunya. Dengan begitu, permainan basketnya akan lebih sempurna dan berseni jika ia bisa sukses menyeimbangkan kemampuan otaknya.
“Kau masih mengingat - ingat pertandingan kemarin?”
“Uuuh..” Nirvana mengembungkan pipinya. Wajahnya ia palingkan dari Isa. Ia masih tak terima karena dikalahkan dengan begitu mudahnya oleh Isa saat pertandingan one on one kemarin.
“Kau harus berlatih seribu tahun lagi untuk mengalahkanku! Stupid!
Nirvana berlari mendahului Isa. Ia berhenti lalu memutar tubuhnya tepat di depan Isa. Ia menarik lengan bajunya sedikit ke atas. Sorot matanya tajam, setajam pisau yang baru diasah. Ia memajukkan tubuhnya lebih dekat dengan Isa. Mengikis jarak antara wajah mereka.
“What? I’m stupid? Come on! Aren’t you the stupid one this world? Stupid stupid stupid!”
“And I’m the stupid one who you loves!” balas Isa seraya membuat wink semanis mungkin tepat di depan mata Nirvana.
Kebakaran! Itulah gambaran suasana hati Nirvana saat ini. Wajahnya merah padam mendengar apa yang baru saja dikatakan Isa. Mulutnya bungkam seketika. Tak mampu untuk membalas. Tubuhnya kembali membeku dan mati rasa. Saat ini, detik ini, dan menit ini, itu adalah kebekuan yang ia rasakan untuk kedua kalinya hari ini.
“Jangan berjalan mendahuluiku!” teriak Nirvana begitu menyadari Isa sudah berjalan lebih dulu di depannya. Ia membalikkan tubuhnya, lalu berlari secepat mungkin mengejar Isa.
Nirvana tak henti melemparkan pandangannya pada Isa. Pria di sampingnya itu terlihat sangat tampan dan casual. Di lihat dari sudut manapun, dia tetap keren. Ia merasa sangat beruntung karena Isa mau menerima cintanya waktu itu. Ia sendiri sama sekali tak mengira jika hal itu akan terjadi. Menurutnya, hari itu benar – benar keajaiban yang tak terlupakan!
Nirvana menutup mulutnya rapat – rapat. Ia tak kuat menahan tawanya untuk meledak jika mengingat kejadian itu. Kejadian yang sangat bodoh namun istimewa untuknya. Gadis – gadis lainnya, yang melakukan hal sama dengannya, langsung di tolak oleh Isa sebelum ia mengutarakan perasaannya. Sedangkan dia? Belum selesai ia mengatakannya, Isa sudah lebih dulu menerimanya.
“Butuh obat?” tanya Isa bingung melihat Nirvana yang cengigisan menahan tawa sedari tadi.
Nirvana menggelengkan kepalanya.
“Aku hanya memikirkan tentang betapa bodohnya sekaligus beruntungnya aku saat itu.”
“Saat kau mengungkapkan perasaanmu padaku tepat setelah aku memenangkan pertandingan?”
Langkah Nirvana terhenti seketika. Ia tak menyangka Isa bisa semudah itu mengetahui apa yang ada dalam pikirannya.
“Bagaimana kau bisa mengetahuinya?”
“Hhhhh….” Isa menaikkan salah satu sudut bibirnya sambil terus berjalan ke depan.
“Memangnya apa lagi yang ada di otakmu selain aku?”
“Sudah berapa kali aku mengatakannya padamu? Jangan berjalan mendahuluiku! Stupid!” teriak Nirvana seraya berlari mengejar Isa.
Hening, tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut keduanya setelah percakapan tadi. Mereka berdua terus berjalan beriringan tanpa kata menuju ke bioskop. Naik dan turun eskalator dalam suasana yang begitu mematikan. Isa sibuk sendiri dengan ipod-nya. Sementara Nirvana bingung, tak tahu harus berkata apa untuk mencairkan suasana yang lebih dengin dari es di kutub itu.
“Kau hebat bisa menaklukan hati ibuku. Suaramu ketika mengaji sangat indah. Menyejukkan hati siapapun yang mendengarnya. Tak terkecuali aku.”
“Hah?” Spontan Nirvana memutar kepalanya menghadap Isa dan memperhatikannya.
“Sebelumnya aku sudah tertarik padamu. Kau berbeda. Kau tak pernah jadi orang lain hanya untuk mendapatkanku. Kau selalu melakukan yang terbaik untuk mendapatkan apa yang kau inginkan. Kau kuat dan tidak cengeng seperti perempuan lainnya. Bahkan ketika ibumu meninggal, kau bisa lebih kuat dari ayahmu. Kau juga ekspresif dan yang paling penting dari semua itu, kau perempuan yang baik.”
“Hanya itu?”
Kini giliran Isa yang menghentikkan langkahnya dan memutar kepalanya menghadap Nirvana. Ia memiringkan kepalanya. Mengamati Nirvana mulai dari ujung rambut sampai ujung kuku kaki. Matanya menyipit, tak mengerti dengan pertanyaan yang baru saja dilontarkan Nirvana.
“Apakah hanya itu pendeskripsianmu tentang aku? Harusnya kan kamu juga bilang kalo aku pinter, imut, jago masak….” Kata – kata Nirvana berhenti seketika karena Isa membekap mulutnya.
“Kita udah sampai. Kamu tunggu di sini sebentar ya, aku mau beli tiket! Jangan kemana – mana, entar nyasar lagi.” Isa berlari menuju antrian untuk membeli tiket begitu selesai menasehati Nirvana.
“Huft…. Emangnya aku anak kecil apa?” Nirvana melipat kedua tangannya di depan dada dan mendudukkan tubuhnya tak jauh dari tempat antrian tiket.
Beberapa menit kemudian Isa datang seraya tersenyum melihat wajah kesal Nirvana.
“Aku nunggu kamu sampai lumutan tahu nggak? Lama banget sih!”
“Ini kan weekend,” jawab Isa santai.
“Marah?” tanya Isa melihat Nirvana yang tak meresponnya sedari tadi.
“Hhh..” ungkap Nirvana seraya memalingkan wajahnya dari Isa.
“Ya udah kalo nggak mau. Aku nonton film Breaking Dawn sendiri aja.”
Nirvana langsung memutar kepalanya begitu mendengar apa yang dikatakan Isa. Senyuman perlahan merekah dan menghiasi wajahnya. Matanya berkaca – kaca menatap Isa.
“Kamu beli tiket film yang aku pilih?”
“Menurutmu?”
“Tapi kan aku kalah?”
“Kalah menang dalam pertandingan itu biasa.”
“Isa….”
“Hmmmm?”
“Aku sayang sama kamu, Mr. Coldest.”
Nirvana meraih tubuh Isa dan masuk ke dalam pelukannya. Perlahan, butiran – butiran bening itu bergulir keluar. Isa yang menyadari hal itu langsung ambil tindakan yang tepat tanpa menunggu lama. Dengan lembut, tangan Isa mulai membelai rambut Nirvana dan menenangkannya.
“Aku juga sayang sama kamu…. selalu….” bisik Isa di telinga Nirvana.
~ Fin

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com