Senin, 11 November 2013

With Ears to See and Eyes To Hear

0



‘So tell me how does it feel,
How does it feel to be like you?
I think your mouth should be quiet
Cause it never tell the truth now
So tell me, so tell me why,
Why does it have to be this way?
Why can’t things ever change?’
Sleeping With Sirens ~ With Ears to See and Eyes to Hear
            Nyanyian dan nada pengiring yang berasal dari petikan gitar akhirnya berhenti.Orang – orang mengambil selembar uang dari saku celana dan tas mereka. Menjatuhkannya ke dalam topi yang telah disediakan sebagai bentuk apresiasi mereka kepada seniman jalanan yang bernama Kwon Satrio tersebut.
“Terima kasih.” Satrio membungkukan badannya.
            Orang – orang pun mulai berhamburan pergi, kembali ke aktivitasnya masing – masing setelah sejenak dihipnotis oleh suara petikan merdu dari gitar Satrio yang dilengkapi dengan suara vokalnya yang terdengar seperti sebuah desahan serak – serak basah yang mirip seperti sebuah bisikan ke dalam telinga. Menggelitik dan menggeterkan hati.
            Satrio adalah seorang seniman jalanan yang terkenal di daerah sekitar Jl. Ahmad Yani. Dia biasanya mempertunjukkan kebolehannya setiap sore di pinggir jalan raya yang berada di depan toko alat musik bernama ‘Big Bang’. Setiap alunan musik yang berasal dari jemarinya yang menari – nari di atas alat musik dan suara vokalnya yang seperti sebuah bisikan jiwa yang menenangkan mampu menghipnotis setiap insan yang mendengarnya.Alunan musik yang dibuatnya bagaikan obat penyejuk hati.Suaranya membawa ketenangan.Tak heran jika banyak sekali penonton yang rela menunggunya untuk unjuk kebolehan.
Dari hari ke hari penonton yang datang semakin banyak.Satrio mulai menjadi buah bibir karena kebolehannya itu.Bak seorang artis terkenal, banyak sekali yang mengaguminya dan menyukainya. Walaupun ia hanya seorang seniman jalanan, namun fansnya sangat banyak, bahkan jumlah followersnya di twitter tak kalah dengan artis – artis terkenal seperti Siwon SJ, Taeyang Big Bang, Britney Spears dan lainnya. Selain permainan musik dan suaranya yang indah, Satrio juga memiliki wajah yang cukup rupawan yang dilengkapi gaya berpakaian yang modis dan ia juga memiliki sense of fashion yang tinggi. Sehingga tak heran jika fansnya pun membludak dan tersebar di seluruh penjuru walaupun ia hanya seorang seniman jalanan.
            “Suara anda bagus tuan. Alunan musik pengiring yang anda hasilkan juga sangat menawan. Perkenalkan nama saya Erika. Nama anda siapa?” Erika mengulurkan tangannya.
            Satrio berpikir sejenak berusaha menerjemahkan apa yang dikatakan Erika dari gerakan mulutnya Karena ia sudah tidak bisa mendengar semenjak umur delapan tahun karena sebuah penyakit.
            “Saya disini nona!” jawab Satrio yang melihat HyunYoo mengulurkan tangan namun tidak tepat dihadapannya.
            “Oh, Maaf!” Erika menarik tangannya dan mengulurkanya kembali ke arah lain.
            “Saya disini nona! Tidak bisakah anda melihatnya?”Satrio sedikit menaikan nada suaranya.
“Maaf.Saya tidak bisa melihat!”
            Suasana menjadi hening.Selama beberapa detik tak ada sepatah katapun yang keluar.Suara dentuman mobil Van yang terlihat mulai mendekat memecah keheningan antara Satrio dan Erika.Seorang perempuan keluar dari dalam mobil Van dan mendekat ke arah Satrio dan Erika.
            “Ayo nona, kita pulang! Belanjanya sudah selesai bukan? Nanti kita kemalaman, udara malam hari tidak bagus untuk kesehatan nona. Kalau nona sakit tuan pasti marah!” Ajak seseorang yang bernama Minah, yang tak lain dan tak bukan adalah pembantu khusus yang disiapkan oleh ayah Erika untuknya.
            “Ya, tunggu sebentar!”          
            “Ini Satrio undangan untukmu! Besok aku mengadakan pameran lukisan di galeri rumahku! Datang ya! I’ll wait you!” Erika masuk ke dalam mobil Van-nya. Pergi meninggalkan Satrio yang semakin jauh tak terlihat, lalu menghilang dalam keheningan sore di pinggiran kota Incheon yang mulai gelap.
*************
            “Terima Kasih.”
            “Terima Kasih.”
            “Terima Kasih.”
            Tak henti – hentinya Erika mengucapkan kata – kata itu pada pengunjung yang datang ke pamerannya. Senyum pun tak pernah absen menghiasi wajahnya. Ia terlihat sangat bahagia sekali hari ini karena walaupun ia tak dapat melihat. Namun ia dapat merasakan kebahagian pengunjung yang datang dan  melihat hasil lukisannya yang menceritakan sesuatu dan mampu menyampaikan pesan sang pelukis. Lukisan yang berisi cerita yang mampu menggetarkan jiwa. Yang tak kalah membuatnya bahagia hari ini adalah Satrio datang dan mendedikasikan sebuah lagu untuknya.
‘When I see your face
There’sanother things that I would change
Cause your amazing
Just the way you are’
            Tepuk tangan bergemuruh memenuhi ruangan ketika Satrio mengakhiri lagunya dengan sebuah kecupan manis mendarat di kening Erika. Wajah Erika merona, jantungnya berdegup tak karuan. Satrio hanya tersenyum melihat tingkah laku Erika itu.
**********
            Semakin hari Satrio dan Erika semakin dekat. Satrio selalu mengunjungi rumah Erika dan mengajaknya untuk menonton pertunjukannya setiap sore di pinggir jalan di depan toko alat – alat musik itu. Hari – hari Erika berubah 180 derajat semenjak ia mengenal Kwon Satrio. Ia tak pernah merasa sendiri dan kesepian lagi. Satrio selalu ada disaat ia membutuhkannya. Satrio selalu bisa menenangkannya.Satrio selalu bisa membuatnya tenang.Ia sangat bahagia jika berada di sampingnya. Begitupun sebaliknya, Satrio merasa baru kali ini hatinya bergetar ketika melihat seorang perempuan.Walaupun Erika tak secantik perempuan yang biasa mengejar – ngejarnya.Namun hanya Erika yang mampu membuat Satrio nyaman dan membuat jantung Satrio berdegup kencang setiap kali dekat dengannya.
            Hari ini mereka jalan – jalan ke pusat perbelanjaan. Terlihat sebuah banner terbentang lebar di depan sebuah toko yang bertuliskan, “GAME COUPLE! GET YOUR COUPLE AND GET FREE COUPLE MERCHANDISE!”
            Mata Satrio berkilauan melihat tulisan tersebut.Ia langsung menarik tangan Erika masuk ke dalam toko tersebut dan mengajaknya bermain. Ternyata gamenya adalah game mencari pasangan. Salah satu pasangan akan ditutup matanya agar tak bisa melihat pasangannya yang lain dan mencari pasangannya dengan bantuan navigasi suara pasangannya masing – masing.
“Love will guide you to me although you can’t see and hear me! Naturally your heart will bring you to my heart and make you find me. Feel, just feel me Hyun Yoo! Just close your eyes and you will be here with me!”
            Satrio hanya tersenyum di posisinya.Ia tak memberikan panduan apapun kepada Erika. Ia tak mengeluarkan satu katapun. Ia hanya memperhatikan Erika yang sibuk mencarinya dalam diam sambil tersenyum lebar.
Lama, cukup lama bagi semua pasangan untuk menemukan pasangannya yang lain. Dikarenakan semua peserta di letakan dalam satu ruangan yang sangat besar dan lomba hanya diadakan dengan satu ronde.Sehingga suara yang keluar dari setiap pasangan untuk menuntun pasangannya yang lain beradu menjadi satu dalam ruangan dan membuat pasangan yang ditutup matanya menjadi bingung. Begitu juga dengan Erika yang belum juga menemukan Satrio.
“Just follow your heart, and you will find me!”
            Erika mencoba tenang.Ia cukup lelah berjalan kesana – kemari mencari Satrio. Ia berhenti sejenak, mencoba tenang dan memfokuskan pikirannya. Berusaha merasakan keberadaan Satrio. Setelah sekian lama, akhirnya ia mulai berjalan lagi, pelan tapi pasti ia mulai mendekati Satrio yang sedari tadi memandanginya sambil tersenyum tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
I find you!” Erika memeluk Satrio sambil tersenyum ketika berhasil menemukannya setelah sekian lama mencari.
 ‘From the place we were, To the place we are, To the place we want to be
Sometimes things are better left unsaid’
            “Kau nakal Satrio!Aku tahu kau daritadi hanya diam dan tidak menuntunku untuk menemukanmu bukan?”
            “Tapi kau bisa menemukanku bukan?Wajahmu sangat lucu ketika sedang kesal!”Satrio menggoda Erika.
            “Jangan merayuku! Aku ini benar – benar kesal padamu!,” ungkap Erika sambil mengembungkan pipinya seperti bakpao.
            “Ya inilah pemenang kita Kwon Satrio dan Choi Erika yang berhasil menyelesaikan game tantangan selama 19 menit 8 detik!,” teriak MC acara tersebut dari atas panggung begitu melihat ada seorang pasangan yang sudah berhasil menemukan pasangannya yang lain.
            Tepuk tangan bergemuruh di seluruh ruangan.Pasangan – pasangan yang matanya di tutup mulai membuka tutup matanya dan berlari ke pasangannya masing – masing.
            “Selamat! Kalian hebat! Ini hadiah untuk kalian!”Pemilik toko itu memberikan sebuah MP3 couple kepada Erika dan Satrio.Setelah itu mereka melakukan foto bersama.
***********
            “Itu tadi sangat menyenangkan bukan?”Erika mencoba berkomunikasi dengan Satrio dengan bantuan tangannya untuk mempertegas gerakan bibirnya.
            “Ya, itu tadi sangat menyenangkan!,” jawab Satrio yang berhasil menangkap maksud Erika.
            “Tell me how does it feel? How does it feel to be like you?”
            “I don’t know. It’s your feeling!”
            “Tell me why? Why does it have to be this way?”
            “Love!”
            “Cinta?”
            “Ya, cinta yang menuntunmu padaku!”
            Keadaan sejenak sepi, angin bertiup tenang di pinggir sungai Han hari ini.Gemerlap lampu menghiasi pinggiran sungai.Pantulan cahayanya membias ke dalam air.Dinginnya malam tak mampu menyentuh dan menusuk tulang Erika karena kehangatan jaket Satrio.Begitupun dengan Satrio, dinginnya malam di pinggir sungai Han tak mampu menyentuh pikirannya yang sedang bekerja keras memikirkan sesuatu.Peluh bercucuran jatuh membasahi dahi dan pelipisnya.
            “Erika kau tahu?Jika kau pinta aku untuk memilih antara bunga dan mutiara, maka aku akan memilih bunga!”
            “Eoh? Kenapa?”
            “Jika diibaratkan sebuah bunga, bunga itu tak akan mampu lama mempertahankan kecantikannya.Tak butuh waktu lama untuk membuatnya layu dan akhirnya mati. Sedangkan mutiara, ia akan tetap dapat mempertahankan kecantikannya cukup lama dan harganya juga mahal. Walaupun kau tidak cantik secara fisik dan pada akhirnya rupamu akan menjadi buruk seperti bunga yang layu, aku akan selalu mencintaimu. Aku ingin terus hidup bersamamu.Aku hanya ingin waktu yang nantinya memisahkan kita berdua. Aku ingin terus mencintaimu dan bersamamu selama aku masih hidup dan bisa bernapas”
            I LOVE YOU, Choi Erika!”
            “Satrio?”Mata Erika berkaca – kaca.
            Will you marry me?
            “Tapi, bukankah aku hanya seorang gadis buta.Tak cantik dan tak bisa melakukan apapun.Aku hanya akan menjadi beban dalam kehidupanmu Satrio!”
            “Aku tak peduli siapa dirimu yang sebenarnya.Yang terpenting adalah siapa aku saat aku bersamamu!”. “Tak peduli seberapa buruknya dirimu, kau akan selalu terlihat indah di mataku. Sebanyak apapun kekuranganmu, kau akan selalu terlihat sempurna di mataku.Sebesar apapun beban yang harus ku pikul, jika bersamamu aku pasti bisa memikulnya,” tambah Satrio.
            “Satrio?”
            “Tak ada manusia yang sempurna! Namun aku akan berusaha untuk membuat cinta kita menjadi sempurna. Menanamnya dalam hati kita dan mebuatnya tumbuh.Merawatnya dengan baik. Menyiraminya, memberikannya pupuk dan cahaya yang cukup agar dapat tumbuh dengan subur”
            “Satrio?”
            “Kau mampu menyempurnakan aku dengan pendengaranmu dan ku mampu menyempurnakanmu dengan penglihatanku.Cinta kita ada untuk saling melengkapi satu sama lain. Itulah yang namanya cinta. Ada untuk saling berbagi baik itu susah maupun duka dan ada untuk saling melengkapi”
            “Satrio?”
            “Cinta bukanlah meminta, namun memberi.Aku ada karena kau ada.Aku bisa bernapas dengan tenang karena kau ada disampingku.Aku punya semangat hidup jika aku bersamamu.Aku tak membutuhkan hal lainnya.Cukup kau selalu ada disampingku, menemaniku dan bersamaku selamanya.Itu sudah lebih dari cukup untukku!”
            “Kwon Satrio! Bisakah kau diam sejenak dan mendengarkanku?”
            “Maaf!”Satrio menundukan kepalanya menyesal.
            “Kenapa?Kenapa aku selalu tak bisa menolakmu?Kenapa aku selalu tak bisa untuk berkata tidak kepadamu?Kenapa kau selalu memenuhi pikiranku, hatiku dan rongga nafasku Kwon Satrio?Kenapa aku seakan mati jika tak bertemu denganmu walau hanya sehari? Kenapa Kwon Satrio? Kenapa?”Air mata Erika pecah, jatuh membasahi pipinya.
            Satrio mendekat ke arah Erika.Meraih tubuhnya dan mendekapnya erat, berusaha menenangkannya.Satrio mengecup puncak kening Erika hangat. Mencium mata – matanya yang penuh akan air mata untuk menghapusnya.
            Please, Don’t cry! I can’t see you like this!” pinta Satrio sambil membelai rambut Erika lembut.
            “Aku berbohong jika aku mengatakan aku tidak mencintaimu!”
            “Jadi kau menerimaku?”
            Erika hanya menjawabnya dengan senyuman manis di sudut bibirnya, lalu menganguk pelan.
~The End~

Playboy Cap Odeng

0



Genre : Comedy, Romance
Rating : T
Cast :
-          Kwon Ji Yong
-          Song Hyen Soo
-          Lee Ha Yi
 Yeoboseyo[1]?”
            Ji Yong segera mengeluarkan suara emasnya untuk membuka percakapan. Suara yang sebenarnya lebih fals dari suara kentutnya.
            “Ngapain kamu telpon – telpon aku lagi? Kamu itu udah nyakitin aku tahu nggak!”
            Ha Yi marah – marah dan meluapkan segala hal yang selama ini menganggu hatinya. Ji Yong telah menduakannya dengan Hyen Soo. Hatinya sangat sakit sekali. Bahkan lebih sakit dari di hujam seribu tombak, lalu di siram dengan solar dan akhirnya di bakar hidup – hidup.
            Please, Give me one minute!”
            Ji Yong mengucapkannya dengan ekspresi yang di lebih – lebihkan. Bibirnya sedikit ia kerucutkan ke depan. Rambutnya ia rapikan. Poninya ia sama ratakan dan tak lupa bajunya ia benrakan. Ia menelepon Ha Yi sambil berkaca dan bergaya ala Brad Pitt yang lagi jadi model iklan. Namun sayang, Ha Yi tak dapat melihat ekspresi wajahnya yang menurutnya lebih tampan dari Brad Pitt, lebih unyu dari Justin Bieber dan lebih berkelas dari PSY.
            “Kamu mau ngomong apa lagi, sih?”
            “Aku…Cuma…”
            “Cuma apa? Udah jelas – jelas kamu itu selingkuh sama temen deket aku. Sakit tahu nggak sih loe? Menusuk!”
            Ha Yi langsung memutar lagu di laptopnya dan menyambungkannya di sound yang berada di pojok kamarnya. Ia menyalakan lagu Lies Big Bang dan memutar volumenya pada tingkatan yang paling ekstrem.
 Yeah (Cinta adalah kesakitan)
 Dipersembahkan tuk semua orang yang membuatku patah hati.
Yang lama berkobar, hanya meneriakan namaku
 Dan aku begitu muak akan lagu cinta.
Yeah, Ku benci lagu cinta sialan. Kenangan kita…
Kebohongan
Big Bang Lies
            “Aku cuma mau bilang….”
            “Mau bilang apa sih?”
            “Aku cuma mau bilang kalau aku bisa dapet nelpon gratis satu jam setelah nelpon satu menit. Dan sekarang sudah lebih dari semenit!”
            Aigoo[2], kau ini memang hanya Playboy cap odeng[3]!”
            Seketika lagu 2ne1, I don’t care langsung terdengar di telinga Ha Yi. Lagu itu di putar oleh Ji Yong dengan keras, membalas apa yang di lakukan Ha Yi tadi.
            “Sudah dulu ya, aku mau telpon Hyen Soo dulu. Nanti malem aku mau ke Myeongdong sama dia soalnya. Bye Bye! Saranghae[4]!
            Deg..
            Jantung Ha Yi terasa berdetak lebih kencang ketika mendengar Ji Yong mengatakan ‘saranghae’. Ia seolah ingin berteriak dan menyuarakan kepada dunia jika saat ini ia sedang sangat bahagia. Rasanya seperti ngebelah atmosfer berlapis-lapis, meluncur bareng namja[5] manis, dan dapet wisata gratisan ke Paris.
Namun hal tersebut tak berlangsung lama. Ketika ingatan akan dirinya yang di khianati oleh Ji Yong kembali muncul di benaknya. Wajah bahagianya langsung menghilang di telan dinginnya salju di luar.
            Kita dulu itu ibarat awan mendung yang membawa titik-titik hujan. Aku adalah awannya. Yang menyediakan tempat berlindung untukmu sebagai air hujan. Sekalipun terkadang rasanya berat dan sesak membawamu pergi kemana - mana, tetapi aku tak pernah mengeluh. Aku senang bisa selalu mendekapmu dan dibuat seolah akan hidup selamanya denganmu.”
Dan engkau adalah hujan. Yang muncul dari daerah antah berantah, membawa banyak harapan palsu yang bodohnya selalu ingin ku dapatkan dan ku genggam dengan erat. Kamu terasa dingin sekaligus hangat. Keras namun juga lembut. Sayangnya kamu tak pernah bisa digenggam, selalu berdalih ingin mencari kebebasan.”
“Dan saat sang waktu bertiup membawa ke manapun kita mau, kamu tiba-tiba pergi. Jatuh dengan bebas ke bumi. Tanpa menoleh untuk sekedar melihatku dan sepatah kata perpisahan. Hampa sudah aku rasanya, tak ada lagi engkau yang bisa selalu ke dekap dan ku bawa bersama diriku.”
“Aku sendirian... Namun begitu waktu kembali meniupku, aku sadar... aku menjadi awan yang putih dan ringan. Yang bahagia di antara sinar mentari. Namun bayangan tentangmu masih teringat jelas di memori otakku. Aku… yang telah membiarkanmu jatuh entah ke mana di pelukan bumi, merelakanmu memberikan harapan baru pada orang lain.”
*****
            Hari ini Ji Yong mengajak Hyen Soo untuk untuk pergi ke Hello Kitty Café di daerah Sichon yang letaknya tak jauh dari kampus Yonsei.
            Awal mereka masuk ke dalam, mereka di sambut dengan segala pernak – pernik yang berbau Hello Kitty yang berada di depan pintu masuk yang terbuat dari kayu. Begitu masuk ke dalam, boneka-boneka kucing ini sangat mendominasi pengaturan ruangan. Hello Kitty adalah tokoh kartun kesayangan Ji Yong, oleh karena itu ia sangat senang jika makan di tempat tersebut
Ji Yong mengajak Hyen Soo untuk duduk di salah satu tempat duduk yang berada di pojok ruangan di dekat jendela.
Ji Yong menarik kursi untuk Hyen Soo seraya menyunggingkan senyum yang sangat manis kepadanya. “Gomawo[6],” ungkap Hyen Soo seraya tersenyum. Deretan giginya yang berjajar rapi terlihat manis.
“Kamu mau pesan apa?” tanya Hyen Soo begitu daftar menu tiba di mejanya dan Ji Yong.
“Kue, sandwich, kopi, tiramisu sama yoghurt.”
Mata Hyen Soo membulat lebar. “Mwo? [7]Yakin tuh?”
Ji Yong mengangguk dengan penuh semangat. Giginya yang berjajar tidak rapi, karena ada satu siung di jajaran gigi serinya terlihat.
“Aku Mocha sama sandwich aja deh,” pinta Hyen Soo pada pramuniaga kedai.
“Eh nama panjang kamu itu Choi Hyen Soo bukan sih?”
Ne[8], emang kenapa?”
“Tapi kok, setiap aku search di google yang keluar pasti ‘maaf, mungkin
maksud anda Bidadari’”
Hyen Soo menyeringai, pipinya menyemu merah bak kepiting rebus.
“Ah, kamu bisa aja, oppa!” ungkap Hyen Soo menyenggol lengan Ji Yong.
“Kamu tahu gak kenapa bidadari itu punya sayap?”
“Nggak tahu, emangnya kenapa?”
“Soalnya kalo bidadari gak punya sayap, pasti bakal susah banget
ngebedainnya sama kamu.”
“Ah, oppa jangan gombal mulu deh! Aku kan jadi malu!”
Brak..
Hyen Soo mendorong tubuh Ji Yong dengan tenaga kudanya hingga ia terjungkal dan jatuh mencium lantai.
 “Ah, oppa mianhae[9]!” Hyen Soo membantu Ji Yong untuk bangun dan kembali ke tempat duduknya.
“Maaf ya, oppa!” Hyen Soo tertunduk lesu. Wajahnya di tekuk masam. Ia tak berani menatap wajah Ji Yong. “Mangkanya jangan gombal mulu!” tambahnya sedikit kesal, namun masih di selimuti rasa bersalah
“Iya – iya. I’m fine, udah mukanya jangan di tekuk gitu ah. Tambah jelek entar!”
“Ya udah kalau emang jelek aku pergi aja.” Hyen Soo mengambil tasnya dan bangkit dari tempat duduk.
Ji Yong memegang pergelangan tangannya. Hyen Soo menoleh padanya dan menatap matanya dalam.
“Kalau kamu pergi, siapa yang bayar makanannya?”
Hyen Soo memicingkan matanya, “Oppa bercanda kan?”
Ji Yong menggelengkan kepalanya, “Aku serius!”
Oppa!” teriak Hyen Soo kesal dan membuat semua mata tertuju padanya.
“Bantuin aku ngitung jumlah salju yang lagi turun di luar yuk!” Mata Ji Yong berbinar – binar.
Dahi Hyen Soo berkerut. Ia memicingkan matanya dan mengamati mata Ji Yong dengan seksama. “Idih kerajinan, buat apa? Aku gak bisa, banyak banget!” Hyen Soo melipat kedua tangannya di depan dada.
“Nah, sebanyak itulah cintaku ke kamu.” Mata Ji Yong menatap wajah Hyen Soo dengan intens. Hyen Soo tak berkutik mendapati dirinya di amati Ji Yong sampai sebegitunya. Ia hanya tersenyum malu tanpa melakukan apapun. Takut kalau nanti melakukan hal yang berlebihan lagi dan membuat Ji Yong jadi korbannya.
“I’m fine. Don’t worry okay?”
Hyen Soo mengangguk dan tersenyum.
******
Setelah selesai menikamti makanan di Hello Kitty Cafe. Ji Yong mengajak Hyen Soo ke Myeongdong naik subway station Line 4[10]. Selama di perjalanan, Ji Yong mengenggam tangan Hyen Soo erat dan enggan untuk melepaskannya. Setelah sampai di Myeongdong Stasiun, Ji Yong menggandeng tangan Hyen Soo untuk keluar lewat exit nomor enam.
Mata Ji Yong berbinar begitu melihat keripik kentang yang di tusuk dengan irisan spiral terlihat di depan matanya. Ia menarik tangan Hyen Soo menuju kedai tersebut dan menyerobot orang – orang yang sudah datang duluan. Dari belakang Ji Yong dapat melihat kripik spiral yang baru diangkat dari penggorengan itu diolesi  keju manis. Tanpa terasa setetes air sebening kaca jatuh dari mulutnya.
Jinja massigetta[11].” Tetesan air itu kembali meluncur dari mulutnya. Hyen Soo yang berdiri di belakangnya hanya mampu geleng – geleng kepala melihatnya.
It’s show time!” teriak Ji Yong.
Mata Hyen Soo terbelalak lebar melihat Ji Yong yang langsung menyambar semua keripik kentang yang baru saja selesai di olesi dengan keju tanpa rasa bersalah. Ia sampai menjilati sisa – sisa keju yang ada di tangannya. Setelah puas makan keripik kentang, Ji Yong menarik tangan Hyen Soo menuju ke kedai sebelah dan memakan beberapa kimbab[12].
Kedai sasaran Ji Yong selanjutnya adalah tteokbokki[13]. Ji Yong melahap beberapa tteokbokki yang berada di depan matanya dengan lahap. Sampai sausnya tumpeh – tumpeh.
“Ji Yong?” panggil Hyen Soo.
“Hmm?” Ji Yong menghentikkan aktivitas makannya dan menoleh pada Hyen Soo yang tiba – tiba memanggilnya.
Hyen Soo mengusap saus yang belepotan di sekitar mulut Ji Yong dengan lembut. Ji Yong hanya mampu tertawa polos seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru.
“Rrrgg..” Suara sendawa Ji Yong terdengar dengan sangat keras.
Hyen Soo meneguk ludahnya dalam. “Udah puas makannya?”
Ji Yong mengangguk dengan semangat.
“Sekarang kita beli baju, yuk?
“Hah? Tunggu dulu!”
“Apa lagi?”
“Masih ada yang kurang!”
Dahi Hyen Soo berkerut mendengar kata ‘masih ada yang kurang’ keluar dari mulut Ji Yong. Ia meneguk ludahnya dalam dan membuka  dompetnya, menghitung total isinya dengan hati – hati.
“Tenang aja, kali ini aku yang bayar!”
“Yakin?”
Ji Yong hanya menjawabnya dengan anggukan kepala dan kembali mengajak Hyen Soo untuk berwisata kuliner.
“Penutup yang sempurna!” pekik Ji Yong begitu melihat sebuah kedai yang menjual odeng dan kebetulan sedang sepi.
            “Ah, odeng ahjumma[14] emang paling the best!” Ji Yong memperlihatkan jempol tangannya kepada ahjumma penjual odeng seraya tersenyum.
            “Kamu mau coba juga?” Ji Yong menyodorkan beberapa tusuk odeng kepada Hyen Soo. Namun, Hyen Soo menggeleng dan tersenyum kepadanya.
            “Ini enak lo!” tawarnya lagi.
            No, thank’s.”
            “Ya sudah kalau tidak mau!”
            Ji Yong kembali ke aktivitasnya untuk melahap tusuk demi tusuk odeng. Tanpa terasa ini sudah tusuk ke lima belas yang ia makan.
            Oppa, aku tidak punya cukup uang untuk membayar semua tusuk odeng yang telah kau makan!” Mata Hyen Soo terbelalak lebar tak percaya melihat Ji Yong yang menghabiskan banyak tusuk odeng.
            “Aku sudah bilang padamu bukan kalau aku yang akan membayarnya? Jadi kau tenang saja!” jelas Ji Yong enteng.
            Hyen Soo mulai bosan dan ingin meninggalkan Ji Yong. Baru beberapa langkah ia berjalan, tiba – tiba nampak bayangan Ha Yi yang berjalan ke arahnya dari kejauhan. Hyen Soo langsung kembali pada Ji Yong dan menepuk bahunya dengan keras berulang kali.
            Ji Yong yang kaget karena tiba – tiba bahunya di tepuk oleh Hyen Soo menjadi tersedak. Dia batuk – batuk sampai membuat ahjumma penjual odeng ikut khawatir.
            Hyen Soo memiringkan wajahnya untuk melihat Ji Yong. “Mianhae, oppa. Aku terlalu terkejut melihat…”
            “Melihat apa?” tanya Ji Yong setelah berhasil memeperoleh minum dan menyembuhkan rasa tersedaknya.
            “Hhha Yii!”
            Mwo? Ha Yi? Dimana – dimana? Ji Yong mengedarkan matanya ke sekitar, mencari keberadaan Ha Yi.
            “Disana!” Hyen Soo menunjuk ke arah datangnya Ha Yi. Ji Yong menoleh ke arah tangan Hyen Soo menunjuk. Walaupun masih cukup jauh, namun  Ji Yong dapat melihat bahwa itu memang benar – benar Ha Yi.
            “Mau apa dia?” tanya Ji Yong bingung. Bibirnya bergetar. Tangannya membuka dan menutup secara bergantian. Keringat basah jatuh mengucur melewati dahinya.
            “Ya, mana aku tahu! Mungkin saja dia mau marah – marah pada oppa!”
            “Padaku? Kenapa harus aku?”
            Oppa kan pacar yang telah mengkhianatinya.”
            “Dan kau sahabat yang bermuka dua!”
            Hyen Soo berdecak pinggang, “Mwo?” Matanya menatap tajam ke arah Ji Yong. Tubuh Ji Yong semakin bergetar hebat.
            Annyeong[15]!” ungkap Ha Yi menyapa.
            Annyeong,” jawab Ji Yong dan Hyen Soo hampir bersamaan.
            “Kamu kenapa, oppa? Kok keringetan gitu? Bukankah suhu udara di sekitar sini minus dua derajat celcius? Aku aja kedinginan, masak oppa malah kepanasan, sih?”
            “Aku bbbaaik – bbaik aja kok, Yi!” jawab Ji Yong terbata.
            “Oh ya, aku kesini cuma mau salaman sama Hyen Soo!” Ha Yi mengulurkan tangannya di depan Hyen Soo.
            Dahi Hyen Soo berkerut, salah satu alisnya terangkat.
            “Selamat atas hari jadimu sama bekas pacarku, ya!” ucap Ha Yi seraya tersenyum.
            “Itu senyum ucapan selamat atau penghinaan ya?” tanya Hyen Soo sinis.
            “Aku udah relain Ji Yong oppa sama kamu kok. Aku tahu kalau bumi ini terus berputar dan nggak selamanya Ji Yong oppa sama aku terus kecuali dia memang benar – benar jodohku. Tadi aku melamun di dekat jendelaku dan menemukan sesuatu yang baru.”
            Alis Hyen Soo berkerut, “Sesuatu yang baru?”
            “Iya, semacam semangat baru. Aku melihat langit, aku iri dengan mereka. Aku ingin menjadi awan yang bisa terbang bebas di angkasa tanpa merasakan apa itu rasa cinta dan kecewa. Tapi aku tersadar dari rasa itu, justru rasa itulah yang membuat hidup berwarna. Kehilangan memberi arti memiliki, dan kecewa memberi arti rasa bahagia,” jelas Ha Yi.
            “Aku nggak mau persahabatan kita jadi rusak cuma gara – gara Ji Yong oppa, Hyun!” Setetes air mata yang bening jatuh dari pelupuk mata Ha Yi.
            “Terus kamu maunya gimana?” tanya Hyen Soo.
            Ha Yi meraih tangan Hyen Soo yang bebas dan mengenggamnya. “Aku mau kita tetep temenan sampai kapan pun dan nggak akan berpisah kecuali ajal yang memisahkan kita.”
            Hyen Soo terdiam sejenak, memikirkan apa yang di katakan Ha Yi tadi. Beberapa detik kemudian senyum terukir dengan manis di sudut bibirnya. “Aku minta maaf ya, Yi. Aku udah salah!” Hyen Soo mendekat ke arah Ha Yi dan mendekapnya.
            “Enggak Hyun, kamu nggak salah!”
            “Ih, so sweet banget sih! Aku boleh ikut pelukan nggak?” tanya Ji Yong yang sedari tadi hanya bengong melihat percakapan Hyen Soo dan Ha Yi.
            “Enggak!!” jawab Ha Yi dan Hyen Soo kompak.
            Tiba – tiba datang seorang ahjumma membawa teflon dari  belakang Ji Yong.
Plak..
            Teflon itu sukses mendarat di kepala Ji Yong. Seketika si empunya kepala jatuh dan tertidur di atas trotoar. Mulut Ha Yi dan Hyen Soo menganga lebar melihat apa yang di lakukan ahjumma tadi pada Ji Yong.
            “Maafin anak ahjumma yang masih SMP ini ya. Maklum, dia agak… ya kalian tahu sendirilah!”
            Mwo? SMP?” Hyen Soo dan Ha Yi saling menatap satu sama lain.
            “Iya, dia masih SMP. Cuma wajah sama badannya aja yang kelihatan gede. Tapi pemikirannya masih kekanak – kanakan dan nakal banget! Oh, ya uang yang dia habisin berapa? Sini biar ahjumma ganti?” tanya ahjumma seraya melemparkan pandangan ke arah Hyen Soo dan Ha Yi.
            Seketika Hyen Soo dan Ha Yi mengikuti langkah Ji Yong untuk jatuh dan tidur di atas trotoar.
-THE END-



[1] Hallo
[2] Oh My God
[3] Ikan yang di tusuk – tusuk, yang biasanya direbus dan cara memakannya dengan menggunakan kaldu kuah panas.
[4] I love you
[5] Laki - laki
[6] Terima kasih
[7] Apa
[8] Iya
[9] Maaf
[10] Line berwarna biru
[11] Enak
[12] Sushi ala Korea
[13] kue beras yang diiris dan direbus dalam sauce pedas, asam. Biasanya sausnya dari pasta cabai, tepung cabai, dan sirup.

[14] Bibi
[15] Hai
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com