Tatkala mentari mulai
menyingsing
Beriringan dengan Dewi Malam yang tenggelam
Dibalut embun-embun
di dahan
Diselimuti asap kendaraan
yang mulai bertebaran
Rintik-rintik air
langit turun
Menciumi bumi
Menemaniku duduk di
tepi
Satu menit
Dua menit
Lima menit
Sepuluh menit
Masih juga tak nampak
batang hidungmu
Apalagi bayanganmu
Menimbulkan lubang kegusaran yang menganga di dadaku
Jalan raya tak lagi
lenggang
Ditemani nyala lampu
merah yang garang
Dikerubuti oleh bebek-bebek
pemakan bensin
Yang
berbondong-bondong memperebutkan posisi paling depan
Tak lama, kegarangan
lampu merah surut
Disusul kejayaan
lampu hijau yang mulai beringsut
Menciptakan guratan
senyum pada wajah muda-mudi yang bersih dari keriput
Tepat ketika wajahku
berpaling
Akan jengahnya jalan
raya di kota
Batang hidungmu
muncul di hadapanku
Tepat di depan mataku
Ah ralat, tak hanya
batang hidungmu
Namun dirimu
Beserta motor bebek
andalanmu
Kau melempar senyum
padaku
Yang tak pernah gagal
menyihirku
Menciptakan imajinasi
luar biasa hebat dalam memori otakku
Seperti candu
Yang sukses membuatku
ketagihan dan tersipu malu
Lalu lupa akan waktu
Yang terus bergerak
maju
Kududukan diriku, tepat
di belakang tubuhmu
Aromamu, tanpa
permisi menusuk hidungku
Ketika kata “sudah”
keluar dari bibir merahku
Kau pun menginjak
pedal gas di bawah kakimu
Melajukan motor
bebekmu
Membelah jalanan kota
yang basah
Di pagi hari
#BunyiPuisi
14 Desember 2014
https://soundcloud.com/feni-yuli/di-pagi-hari
0 komentar:
Posting Komentar