Selasa, 14 Oktober 2014

Lambatnya Perkembangan Animasi di Indonesia

0



           Siapa yang tidak tahu Upin & Ipin? Film Animasi tiga dimensi yang tayang setiap sore di MNC TV? Siapa pula yang tak tahu Larva? Film animasi dengan durasi waktu yang singkat namun kesan “lucu”nya sangat mengena. Bahkan tanpa adanya dialog sekalipun. Darimanakah asal kedua film tersebut? Indonesia? Tentu saja bukan! Kedua Film itu berasal dari salah satu negara yang berada di Asia juga, yaitu Malaysia dan Korea Selatan.
            Apakah Indonesia tidak mempunyai film yang seperti itu juga? Jawabannya adalah punya! Indonesia memiliki film seperti itu juga. Bagaimana dengan kualitasnya? Tak jauh Berbeda! Bahkan beberapa mungkin lebih baik. Sebut saja film animasi Meraih Mimpi atau dalam versi inggrisnya berjudul Sing to The Dawn. Film tersebut berhasil Go International dan mendapat sambutan hangat di beberapa negara. Studio manakah yang membuatnya? Infinite Frameworks Studio yang terletak di Batam. Dimana sebagian besar animatornya adalah animator lokal. Animator asal Indonesia.
            Selain Meraih Mimpi, Indonesia juga memiliki beberapa film animasi lainnya yang banyak meraih penghargaan seperti Hebring yang meraih INAICTA 2007 dan 2009. Ada juga serial film Kabayan dan Liplap buatan Castle Production. Dan saat ini yang sedang tayang di MNC TV ada film Adit & Sopo Jarwo yang merupakan series buatan MD Animation. Film tersebut menceritakan tentang hal-hal ringan yang sering terjadi di Masyarakat Indonesia.
            Jika diadakan survei di suatu taman kanak-kanak dengan pertanyaan : Apakah kalian tahu film Upin & Ipin? Dan apakah kalian tahu film Adit & Sopo Jarwo atau Kabayan dan Liplap. Maka kemungkinan besar jawaban yang diperoleh akan lebih banyak “ya” untuk Upin & Upin daripada Adit & Sopo Jarwo atau Kabayan dan Liplap. Padahal kedua film animasi tersebut adalah buatan Indonesia yang notabene ditayangkan di-channel yang sama pula. Upin & Ipin dan Adit & Sopo Jarwo di MNC TV serta Kabayan dan Liplap di Global TV.
            Jika sudah begini, bisa dikatakan jika perkembangan industri Animasi di Indonesia berjalan sangat lamban seperti Siput. Padahal Indonesia memiliki animator-animator handal yang tak kalah dengan animator luar. Sebut saja Rini Sugianto, animator asal Indonesia yang telah berhasil menembus pasar internasional. Ia telah terlibat dalam proses pembuatan film The Adventures of Tintin, The Avengers, The Hobbit: The Desolation of Smaug dan masih banyak lagi yang lainnya. Namun kenapa perkembangan film animasi di Indonesia masih berjalan sangat lamban?
            Ada beberapa alasan yang menyebabkan perkembangan industri animasi di Indonesia berjalan sangat lamban. Beberapa alasan itu antara lain kurangnya ruang promosi, anggaran dan biaya, kurangnya perhatian pemerintah, studio animasi yang cenderung menutup diri dan masih banyak lagi yang lainnya. Namun masalah terbesarnya adalah kurangnya perhatian pemerintah akan perkembangan animasi di Indonesia. Jika “bahan mentah” seperti animator, artist, studio, dan ide cerita sudah ada. Apalagi yang dibutuhkan selain promosi? Yang dapat dilakukan dengan sangat baik jika pemerintah bersedia ikut andil secara konkret.
            Animator-animator handal di Indonesia sebenarnya sangatlah banyak. Namun kurangnya perhatian pemerintah membuat mereka lebih memilih untuk bekerja di luar negeri dimana hasil karya mereka lebih dihargai. Seperti dikutip oleh Ardian, Presiden dari Castle Production, “Banyak animator kita yang pintar. Tetapi, kebanyakan mereka bekerja di rumah-rumah produksi di Malaysia dan Singapura. Ibaratnya, ini seperti kayu gelondongan yang diekspor ke negeri tetangga karena mereka berkualitas tinggi yang dididik dari dalam negeri, tapi kemudian energi dan keterampilannya diberikan untuk kemajuan negara lain.
Jadi, stop ekspor ‘kayu gelondongan!’.”
            Pemerintah dapat ikut andil dengan mewajibkan tayangan animasi lokal untuk tayang di setiap stasiun televisi seperti yang telah dilakukan di China, Jepang, Malaysia dan Singapura. Dengan begitu stasiun televesi lokal mau tak mau harus membeli film animasi lokal dan menayangkannya. Sehingga dampak yang akan diterima adalah menjamurnya studio-studio animasi yang akan mendorong untuk memajukan perfilman animasi di Indonesia. Seperti yang dikatakan oleh Ardian Elkana, Komite Tetap Konten Multimedia, Animasi dan Game, "Itu sudah diterapkan sebelumnya di Tiongkok. Mereka wajibkan siaran selama 2 jam per hari animasi buatan domestik mereka. Nyatanya maju."
            Selain dengan mewajibkan tayangan animasi lokal untuk tayang di setiap stasiun televisi. Pemerintah juga dapat ikut andil dengan memberikan subsidi pajak pada studio-studio di Indonesia yang membuat animasi lokal dan memperkerjakan animator lokal. Hal ini karena studio-studio besar di Indonesia kebanyakan mengerjakan film-film animasi untuk luar negeri dengan pekerja yang berasal dari luar negeri juga. Jika pemerintah mampu memberikan dua bantuan ini. Mungkin pesatnya perkembangan animasi di Indonesia bukan mimpi dan tak akan lama lagi. Selain itu juga akan membantu untuk membuka lapangan pekerjaan yang cukup besar bagi masyarakat Indonesia.

-Batam, 15 Oktober 2014
Feni Yuli (Animation Student)-

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com