Siapa yang tidak tahu Upin
& Ipin? Film Animasi tiga dimensi yang tayang setiap sore di MNC TV? Siapa
pula yang tak tahu Larva? Film animasi dengan durasi waktu yang singkat namun
kesan “lucu”nya sangat mengena. Bahkan tanpa adanya dialog sekalipun.
Darimanakah asal kedua film tersebut? Indonesia? Tentu saja bukan! Kedua Film
itu berasal dari salah satu negara yang berada di Asia juga, yaitu Malaysia dan
Korea Selatan.
Apakah Indonesia tidak mempunyai film yang seperti itu
juga? Jawabannya adalah punya! Indonesia memiliki film seperti itu juga. Bagaimana
dengan kualitasnya? Tak jauh Berbeda! Bahkan beberapa mungkin lebih baik. Sebut
saja film animasi Meraih Mimpi atau dalam versi inggrisnya berjudul Sing to The Dawn. Film tersebut berhasil
Go International dan mendapat
sambutan hangat di beberapa negara. Studio manakah yang membuatnya? Infinite
Frameworks Studio yang terletak di Batam. Dimana sebagian besar animatornya
adalah animator lokal. Animator asal Indonesia.
Selain Meraih Mimpi, Indonesia juga memiliki beberapa
film animasi lainnya yang banyak meraih penghargaan seperti Hebring yang meraih
INAICTA 2007 dan 2009. Ada juga serial film Kabayan dan Liplap buatan Castle
Production. Dan saat ini yang sedang tayang di MNC TV ada film Adit & Sopo
Jarwo yang merupakan series buatan MD
Animation. Film tersebut menceritakan tentang hal-hal ringan yang sering
terjadi di Masyarakat Indonesia.
Jika diadakan survei di suatu taman kanak-kanak dengan
pertanyaan : Apakah kalian tahu film Upin & Ipin? Dan apakah kalian tahu
film Adit & Sopo Jarwo atau Kabayan dan Liplap. Maka kemungkinan besar
jawaban yang diperoleh akan lebih banyak “ya” untuk Upin & Upin daripada
Adit & Sopo Jarwo atau Kabayan dan Liplap. Padahal kedua film animasi
tersebut adalah buatan Indonesia yang notabene ditayangkan di-channel yang sama pula. Upin & Ipin
dan Adit & Sopo Jarwo di MNC TV serta Kabayan dan Liplap di Global TV.
Jika
sudah begini, bisa dikatakan jika perkembangan industri Animasi di Indonesia berjalan
sangat lamban seperti Siput. Padahal Indonesia memiliki animator-animator
handal yang tak kalah dengan animator luar. Sebut saja Rini Sugianto, animator
asal Indonesia yang telah berhasil menembus pasar internasional. Ia telah
terlibat dalam proses pembuatan film The
Adventures of Tintin, The Avengers, The Hobbit: The
Desolation of Smaug dan masih banyak lagi yang
lainnya. Namun kenapa perkembangan film animasi di Indonesia masih berjalan
sangat lamban?
Ada beberapa alasan yang menyebabkan
perkembangan industri animasi di Indonesia berjalan sangat lamban. Beberapa
alasan itu antara lain kurangnya ruang promosi, anggaran dan biaya, kurangnya
perhatian pemerintah, studio animasi yang cenderung menutup diri dan masih
banyak lagi yang lainnya. Namun masalah terbesarnya adalah kurangnya perhatian
pemerintah akan perkembangan animasi di Indonesia. Jika “bahan mentah” seperti
animator, artist, studio, dan ide cerita sudah ada. Apalagi yang dibutuhkan
selain promosi? Yang dapat dilakukan dengan sangat baik jika pemerintah
bersedia ikut andil secara konkret.
Animator-animator handal di
Indonesia sebenarnya sangatlah banyak. Namun kurangnya perhatian pemerintah
membuat mereka lebih memilih untuk bekerja di luar negeri dimana hasil karya
mereka lebih dihargai. Seperti dikutip oleh Ardian, Presiden dari Castle
Production, “Banyak animator kita yang pintar.
Tetapi, kebanyakan mereka bekerja di rumah-rumah produksi di Malaysia dan
Singapura. Ibaratnya, ini seperti kayu gelondongan yang diekspor ke negeri
tetangga karena mereka berkualitas tinggi yang dididik dari dalam negeri, tapi
kemudian energi dan keterampilannya diberikan untuk kemajuan negara lain.
Jadi, stop ekspor ‘kayu gelondongan!’.”
Jadi, stop ekspor ‘kayu gelondongan!’.”
Pemerintah dapat ikut andil dengan mewajibkan tayangan
animasi lokal untuk tayang di setiap stasiun televisi seperti yang telah
dilakukan di China, Jepang, Malaysia dan Singapura. Dengan begitu stasiun
televesi lokal mau tak mau harus membeli film animasi lokal dan menayangkannya.
Sehingga dampak yang akan diterima adalah menjamurnya studio-studio animasi
yang akan mendorong untuk memajukan perfilman animasi di Indonesia. Seperti
yang dikatakan oleh Ardian Elkana, Komite Tetap Konten Multimedia, Animasi dan
Game, "Itu sudah diterapkan sebelumnya di Tiongkok. Mereka wajibkan siaran
selama 2 jam per hari animasi buatan domestik mereka. Nyatanya maju."
Selain dengan mewajibkan tayangan animasi lokal untuk
tayang di setiap stasiun televisi. Pemerintah juga dapat ikut andil dengan
memberikan subsidi pajak pada studio-studio di Indonesia yang membuat animasi
lokal dan memperkerjakan animator lokal. Hal ini karena studio-studio besar di
Indonesia kebanyakan mengerjakan film-film animasi untuk luar negeri dengan pekerja
yang berasal dari luar negeri juga. Jika pemerintah mampu memberikan dua
bantuan ini. Mungkin pesatnya perkembangan animasi di Indonesia bukan mimpi dan
tak akan lama lagi. Selain itu juga akan membantu untuk membuka lapangan
pekerjaan yang cukup besar bagi masyarakat Indonesia.
-Batam,
15 Oktober 2014
Feni
Yuli (Animation Student)-